wellcome-اهلاوسهلا

wellcome-اهلاوسهلا

selamat menikmati yang ada....
jangan lupa baca basmalah dahulu....:)

Sabtu, 17 Desember 2011

HAKEKAT KURIKULUM DAN MATERI PENDIDIKAN ISLAM




A.    HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Pengertian kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal dari bahasa Prancis courier yang berarti berlari[1]. Crow and crow mengemukakan pendapat tentang pengertian kurikulum bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untunk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu [2].
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum di atas kemudian di pandang ketinggalan zaman. Hasan Langgulung, Saylor dan Alexander sebagaimana di kutip oleh S Nasution mengemukakan bahwa kurikulum tidak hanya memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi juga termasuk di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah[3]. Pendidikan tidak lagi dibutuhkan haya sekedar proses tranformasi ilmu pengetahuan dan budaya, lebih dari itu secara mendesak pendidikan di tuntut untuk berperan penting dalam memberikan solusi kepada peserta didik berkenaan dengan kebutuhan, masa depan serta tantangan-tantangan yang akan mereka hadapi.
Pendapat yang terakhir tenteng kurikulum sedikit berbeda dengan pendapat yang pertama. Perbedaan tersebut tampak terlihat dari segi sumber pelajaran yang termuat dalam kurikulum. Jika sebelumnya kurikulum hanya terbatas pada kegiatan pengajaran di dalam kelas, maka pada perkembangan yang  berikutnya  pendidikan dapat pula memanfaatkan berbegai sumber dari luar kelas, seperti perpustakaan, laboratorium dan  lainnya. Mulai ini juga kurikulum berubah menjadi berorentasi pada tujuan (goal oriented) dan menjadi suatu sistem, yaitu rancangan pendidikan yang terdiri dari seperangkat komponen pendukung akan tujuan lembaga pendidikan bersangkutan.
Secara Nasional Kurikulum terdiri dari beberapa komponen pendukung, yaitu: (1) Tujuan, (2) Materi, (3) Metode, (4) Sarana Prasarana dan (5) Evaluasi. Di antara tiga lembaga pendidikan : formal, informal dan nonformal, lembaga pendidikan formallah yang terbilang wajib menggunakan Kurikulum. Hal ini di karenakan Kurikulum sangat urgen bagi Lembaga Pendidikan Formal.
S. Nasution sebagaimana yang di kutip oleh Dr. H. Ahmad Janan Asifudin, M.A menegaskan, dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum terdapat empat asas, yaitu:, asas filosofis, asas sosiologis, asas psikologis, dan asas organisatoris. Lalu Dr. H. Ahmad Janan Asifudin, M.A menambahkan asas agama pada asas filosofis, karena S Nasution secara implisit memasukkannya kedalam asas filosifis. Dengan demikian, asas-asas kurikulum disertai uraian ringkas adalah sebagai berikut :
1. Asas Filosofis dan Agama
Peran asas ini begitu besar dan menentukan dalam menetapkan arah dan tujuan kurikulum serta pendidikan. Tujuan semua perguruan formal pasti dituntut sesuai dan sejalan dengan falsafah bangsa yang disepakati dan agama yang diakui legal dalam masyarakat atau bangsa tersebut.
2. Asas Sosiologis
Asas ini mensyaratkan lembaga pendidikan harus relevan dan berusaha menjawab serta memenuhi kebutuhan peserta didik dalam dinamika masyarakat dan dunia kerja. Dalam pendidikan islam yang hendak di capai tentu tidak hanya terbatas pada duniawi, terlebih meliputi masa depan di akhirat nanti.
3. Asas Psikologis
Asas ini mengharuskan pembuat dan pengembang kurikulum untuk memperhitungkan proses dan fase-fase serta perkembangan psiko-fisik perserta didik. Dalam pendidkikan islam tentunya dikaitkan dengan agenda pengamalan ibadah-ibadah khusus.
4. Asas Organisatoris
Asas ini mengacu pada lingkup dan perurutan masing-masing materi di susun secara rapi dan sistematis berdasarkan dinamika perkembangan psiko-fisik peserta didik, pemikiran yang mendalam dan kopherhensif.
Di samping komponen-komponen di atas, Kurikulum juga mahrus mempunyai prinsip. Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto mengajukan lima prinsip, yaitu: relevansi, efektifitas, efesien, kesinambungan dan Fleksibelitas. Dari beberapa uraian tentang kurikulum di atas dapat ditangkap kiranya Hakikat Kurikulum adalah rancangan atau perencanaan pendidikan formal yang terdiri dari sejumlah komponen yang sangat relevan untuk membantu tercapainya tujuan lembaga pendidikan formal bersangkutan.
B.     HAKIKAT MATERI PENDIDIKAN ISLAM
Materi merupakan komponen kurikulum yang vital dalam mencapai tujuannya. Materi pendidikan islam hakikatnya adalah isi pendidikan yang meliputi materi ilmu, penanaman nilai-nilai dan pembentukan sikap[4]. Ada beberapa poin yang tidak boleh diabaikan dalam memilih dan menetapkan kurikulum, terutama : hukum alam dan wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan dan ilmu agama Islam (harus ilmiyah, bukan mitos atau sejenisnya), masyarakat dengan agama dan/atau falsafah yang mereka anut dan budaya mereka, dan peserta didik dengan realitas psiko-fisik dan potensi serta kebutuhan-kebutuhannya.
Materi sebagai isi pendidikan seharusnya menekankan pula pada internalisasi nilai-nilai dan pembentukan sikap keagamaan sebagaimana isi pendidikan mementingkan aspek keilmuan. Materi pendidikan selain berorentasi pada pembinaan aspek intelektual, juga mesti berorentasi pada pembinaan aspek emosional dan spiritual secara simultan.
Adapun pandangan islam tentang tuhan dan agama, membuahkan masukan antara lain : materi harusnya berorentasi menumbuhkembangkan dan mendorong potensi-potensi peserta didik agar mereka teraktualiasasikan guna melaksanakan tugas ábd dan kholifah-Nya serta mengarahkan mereka agar mempunyai pengertian, kepribadian dan pegangan hidup yang benar dan baik menurut islam. Sedangkan pandangan islam terhadap budaya bahwa islam tidak mengajarkan sikap anti budaya, juga tidak permisif begitu saja, melainkan bersikap selektif. Materi juga harus mempertimbangkan realitas psikologis peserta didik, khususnya psikologi perkembangan dan perbedaan individu; seiring dengan itu, materi juga harus berorentasi pada upaya mewariskan budaya yang baik dari generasi ke generasi. Lebih dari itu, materi harus diusahakan relevan dan bersifat antisipatif terhadap budaya masa depan.[5]


[1] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991, h. 9
[2] Crow and crow, Pengantar Ilmu Pendidikan,  Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990, edisi III, h.75
[3] S Nasition, Op Cit, h.9
[4] Ahmad janan asifudin, mengungkit pilar-pilar pendidikan islam, Yogyakarta : suka press, h. 100
[5] Ahmad janan asifudin, mengungkit pilar-pilar pendidikan islam, Yogyakarta : suka press, h. 104

Senin, 12 Desember 2011

.....--' swara hati '--.....

"ewuh"
ketika ku tanya mengapa kau seperti ini
kau jawab karena "ewuh".

ketika ku tanya mengapa kau begitu
kau jawab karena "ewuh"

aku takut....
takut.....

takut jika ku tanya mengapa kau mencintaiku
kau jawab karena "ewuh" lagi.


yogyakarta, 11 Des 2011




apakah sama?

satu jam dua puluh dua menit yang lalu kau berdiri di sini
di bawah kolong jembatan pasar
menanti kekasihmu datang dengan penuh rindu

satu jam lima belas menit yang lalu kau berdiri di sini
di bawah kolong jembatan pasar
tersenyum ringan menyaksikan kasihmu datang

satu jam sembilan menit yang lalu kau pergi dari sini
dari bawah kolong jembatan pasar
bersama kekasih kau tebarkan bunga mawar putih


detik ini aku berdiri,
layaknya kau berdiri satu jam dua puluh dua menit yang lalu di sini
di bawah kolong jembatan pasar
namun apakah kasihku kan datang dengan penuh rindu?

detik ini aku berdiri,
layaknya kau berdiri satu jam lima belas menit yang lalu di sini
di bawah kolong jembatan pasar
namun apakah aku kan tersenyum ringan menyaksikan kasihku datang?

detik ini aku pergi,
layaknya kau pergi satu jam sembilan menit yang lalu dari sini
di bawah kolong jembatan pasar
namun mungkinkah bersama kekasihku kan tebarkan bunga mawar putih?



terowongan pasar beringharjo, Yogyakarta, 11 Desember 2011



 selamatkan budaya kita...!!!!

Minggu, 11 Desember 2011

Mengatasi rasa takut

                                                                       
Gunakanlah pikiran anda dengan positif.pikiran adalah sebuah mekanisme yang sangat kuat,dan tidakm peduli apakah anda menggunakan kekuatan itu untuk memuliakan anda, atau merendahkan anda. Pikiran anda tidak membedakan,apakah yang anda isikan padanya adalah kenyataan atau hanya bayangan-bayangan yang tidak bernilai. Ia menerima apa pun yang anda pilih, tanpa pertanyaan; lalu bekerja dengan kekuatan yang mengagumkan untuk menjadikan keseluruhan pribadi anda pemberani yang mudah melihat keajaiban, atau penakut yang selalu berhasil melihat penderitaan bahkan pada hal yang seharusnya membahagiakan.
Pikiran anda memiliki keyakinan-keyakinan sendiri. Bila yang sering anda pikirkan adalah hal-hal yang buruk,suram,dan lemah; maka tidak penting apakah keyakinan yang anda sadari itu baik atau tidak,pikiran anda akan menggunakan keyakinannya sendiri untuk menjadikan anda seorang pengeluh, yang melihat kehidupan ini suram, dan yang berkubang dalam kelemahan.
Mulailah hidup sekarang. Hari ini, esok pagi kenakanlah pakaian anda yang terindah, yang selama ini anda simpan untuk saat-saat penting yang belum dating itu. Malam ini,gunakanlah piring-piring porselin cantik yang anda simpan untuk jamuan-jamuan penting yang belum tentu terjadi itu. Mulailah dengan hidup sepenuhnya sekarang.setiap hari dalam kehidupan anda adalah saat yang penting,dan makan malam anda dengan keluarga adalah jamuan yang seharusnya terindah.
Jika anda lebih rileks. Dunia akan tumbuh dan berdiri di atas gagasan-gagasan tentang bagaimana harapan bersama dapat dimunculkan. Lebih baik menyalakan sebuah lilin dari pada menyumpai kegelapan.